Sitoresmi dan Anggota Bengkel Teater Masih Garang di Atas Panggung

Ketua Umum DPW Partai Bulan Bintang (PBB) DIY Hj Sitoresmi Prabuningrat, anggota Bengkel Teater



KONVENSI CAPRES PBB -- Meski sudah bisa dibilang usur, namun anggota Bengkel Teater yang ada di Yogyakarta, masih tampak garang diatas panggung. Hal itu terlihat pada penampilan mereka saat membacakan puisi karya Rendra dalam perhelatan Sastra Bulan Purnama edisi 85 di Rumah Budaya Tembi, kemarin malam.

Setidaknya ada lima anggota Bengkel Teater, tampil membacakan karya penyair kondang WS Rendra. Mereka itu adalah Fajar Suharno, Sitoresmi Prabuningrat, Tertib Suratmo, Untung Basuki dan Nita Azhar. Mereka membacakan puisi karya Rendra yang ditulis khusus untuk Persatuan Gerak Badan (PGB) Bangau Putih.

Rendra dan Subur Rahardja, guru besar PGB Bangau Putih memang bersahabat, dan Rendra bersama anak-anak Bengkel Teater yang dia pimpin menjadi murid PGB Bangau Putih. Otomatis kelima orang yang membaca puisi ini, semua anggota Bengkel Teater yang sekaligus murid PGB Bangau Putih.

Sastra Bulan Purnama edisi 85 yang mengambil tema ‘Tribute To Rendra', Kata Dilisankan, Kata Digerakkan’. Menurut Ons Untoro, koordinator Sastra Bulan Purnama, setidaknya ada delapan puisi-puisi Rendra yang ditulis tahun 1970-an dan khusus untuk PGB Bangau Putih.

Puisi-puisi yang berjudul ‘Mengolah Teratai, Mengolah nafas, Menghayati Doa, ‘ Mengolah Gerak Nurani’, ‘Mengolah Kesadaran’, ‘Kosong Itu Penduh Daaya’, adalah puisi-puisi yang dibacakan anggota Bengkel Teater sekaligus sebagai murid PGB Bangau Putih.

Ketua Umum DPW Partai Bulan Bintang (PBB) DIY Hj Sitoresmi Prabuningrat,


Yang menarik dalam pertunjukan ini, sepertinya kelima anggota Bengkel Teater mencoba memperlihatkan gerakan Bangau Putih yang diperakan oleh para murid PGB yang muda yang berasal dari Bogor, Bentara Jakarta, Tembi dan PGB Yogyakarta. Peragaan gerakan itu, menjadi hiburan tersendiri bagi pecinta seni sastra yang malam itu menyaksikan.

Dalam perhelatan tersebut, mereka menyajikan satu gerakan yang dikenal dengan nama Jalan Panjang dan Ambilan. Mereka mengenakan kaos dan celana putih khas seragam PGB Bangau Putih. Gerakan yang indah dan halus itu, menjadi hiburan tersendiri perhelatan tersebut.

Dua puisi karya Rendra, yang ditulis sebelum Rendra bertemu Subur Raharjo, guru besar Bangau Putih berjudul ‘Kupanggil Namamu dibacakan Agus Istianto, anggota Teater Dinasti pimpinan Fajar Suharno, dan puisi berjudul ‘Bersatulah Pelacur-Pelacur Kota Jakarta’ dibacakan Eko Winardi pemain teater Perdikan.

Fajar Suharno, anggota senior Bengkel Teater melihat persahabatan antara Subur Raharjo dan Rendra disebutnya sebagai sumbu oleh tutup. Keduanya saling melengkapi, bahkan saling menguatkan.

Subur Rahardja, demikian Fajar Suharno mengatakan, mampu menorehkan keilmuannya dikhsanah batin Rendra hingga dibidang karya sastra yang diciptakan Rendra tampak perubahan perbedaan yang sangat nyata sebelum dan sesudah berguru kepada Subur Rahardja.
 
Secara bergantian dan mengalir, puisi-puisi Rendra dibacakan, dimulai dari puisi Rendra yang ditulis sebelum bertemu Subur Rahardja, dan teruskan puisi-puisi Rendra untuk PGB Bangau Putih, dilengkapi satu lagu puisi dari Untung Basuki dan kawan-kawan, menyajikan lagu puisi Rendra berjudul ‘Mengolah Keasadarn’.

Sebelum display PGB Bangau Putih, puisi-puisi Rendra yang terkumpul dalam 4 Kumpulan Sajak dan ditulis tahun 1960-an dilagukan oleh Tatyana dengan petikan gitar oleh Umar Muslim. Lagu puisi itu berjudul Senandung Hijau, Serenda Kelabu, Ranjang Bulan, Stanza, Kali Hitam, Ibunda dan Tak Bisa Kulupakan.

Selesai lagu puisi karya Rendra, display PGB Bangau Putih langsung tampil memberi penekanan pada kalimat ‘kata digerakkan’ pada tajuk acara 'Tribut To Rendra’. Murid-murid PGB Bangau Putih, perempaun da laki-laki berpasangan menampilkan gerak ambilan, dan setelah itu secara bersamaan menbawaka jalan panjang.

Bagi penggemar Rendra mau pun anggota Bengkel Teater, tentunya sajian Sastra Bulan Purnama kali ini sangat berarti. Secara tidak langsung mereka bisa mengenang kembali kehangatan dan kemesraan serta keramahan WS Rendra dalam berkesenian. Apalagi lewat perhelatan ini, Rendra dan Subur Rahardja kembali dipertemukan melalui murid-muridnya. (sumber)


Posting Komentar

0 Komentar