Perang Sipil 1994 dan Disintegrasi Yaman yang Gagal

Banyak negara melakukan disintegrasi dengan damai. Pilihan harus dilakukan karena masing-masing pihak merasa sudah tidak punya potensi untuk bekerja sama.

Hal itu terlihat di Chekoslowakia yang kemudian menjadi Chezh dan Slovakia.

Mesir dan Suriah dulu juga pernah menjadi satu negara menjadi Uni Republik Arab atau UAR. Namun akhirnya berpisah kembali secara baik-baik karena lokasinya juga memang terpisah.

Secara umum Uni Soviet juga megalami disintegrasi dengan damai awalau akhirnya masing-masing membentuk negara persemakmuran CIS.

Dalam kasus Soviet, pengecualian terjadi di Chechnya yang mengakibatkan banyak korban dna belakangan konflik Rusia dan Ukraina juga sedikit banyak berhubungan dengan disintegrasi yang pada awalnya aman lalu akhirnya konflik.

Disintegrasi Yugoslavia juga relatif aman kecuali di Bosnia dan Herzegovina. Kroasia, Montenegro, Macedonia Utara dan lain sebagainya berpisah baik-baik dari Serbia. Belakangan pemisahan Kosovo juga mengalami hal yang sama.

Secara umum disintegrasi Timor Timur dengan Indonesia juga relatif damai dengan pengunduran diri pasukan Indonesia. Timor Timur akhirnya menjadi Timor Leste.

Serupa tapi tak sama, disintegrasi Indonedia dari Belanda juga dipenuhi konflik. Namun, Indonesia memandangnya sebagai kemerdekaan, bukan disintegrasi. Kata disintegrasi cocok disebut kepada Jepang, yakni disintegrasi Indonesia dari Dai Nippon.

Namun, proses disintegrasi Yaman Selatan mengalami kebuntuan dan berujung pada konflik atau perang sipil tahun 1994. Lebih dari 10 ribu orang tewas.

Padahal negara ini baru bersatu empat tahun sebelumnya yakni tahun 1990.

Melihat disintegrasi Mesir dan Suriah paska bubarnya UAR, seharusnya disintegrasi Yaman juga seharusnya berjalan normal. Namun itu tidak berjalan sebagaimana mestinya.

Beberapa penyebabnya adalah:

1. Meski Yaman Selatan baru empat tahun bergabung dengan Yaman Utara, sejatinya negara ini masih relatif baru karena sebelumnya bernama Negara Federasi Arabia Selatan.

Lalu kalangan anti Inggris memerdekakan Federasi Arabia Selatan dengan menggabungkan Hadramaut di dalamnya. Padahal Hadramaut adalah konfederasi beberapa negara yang tunduk langsung ke Inggris dalam bentuk protektorat.

Jika Federasi Arabia Selatan dianggap solid untuk merdeka, namun tidak semua negara atau kesultanan di Hadramaut ingin menjadi bagian dari Federasi Arabia Selatan itu. Artinya, mereka tidak belum tentu mau menjad bagian dari Yaman Selatan.

Tidak heran, bagi sebagian warga Hadramut, pemerintahan Aden di Yaman Selatan tidak lebih dan tidak kurang hanya sebuah entitas penjajah.

Jadi saat sekarang kelompok separatis Yaman Selatan STC menganggap pihak Utara Yaman adalah penjajah, maka tak heran jika selanjutnya pihak Hadramaut juga menganggap Aden sebagai penjajah.

Dan tak aneh pula saat STC ingin memerdekaan Yaman Selatan pihak Hadramaut juga ingin merdeka. Bahkan lebih rinci lagi, pihak eks Negara Al Katiri di Lembah Hadramaut ingin kembali membentuk negaranya baik berdaulat penuh maupun menjadi negara bagian di Hadramaut.

Posting Komentar

0 Komentar