Prof. Dr. -Ing., B.J. Habibie & Prof. Dr. Yusril Ihza Mahendra, SH., M.Sc.

Prof. Dr. -Ing., B.J. Habibie & Prof. Dr. Yusril Ihza Mahendra, SH., M.Sc.



KONVENSI CAPRES PBB -- Sejak Ibu Ainun wafat dan pensiun dari politik, B.J. Habibie mulai melangkah dari sains ke filsafat, teologi dan sufisme. Ia ingin menembus alam fisika untuk menemukan hakikat penciptaan dan keabadian. Yusril Ihza Mahendra berpendapat bahwa Fisika Quantum bicara tentang Energi, namun tidak menjawab sumber keteraturan dalam alam. Spirit tentang keabadian hanya dapat dijelaskan secara meta-empiris. Menurutnya, alam semesta begitu luas, sehingga terlalu rumit untuk "disederhanakan" oleh pikiran manusia.

Prof. Dr. -Ing., B.J. Habibie & Prof. Dr. Yusril Ihza Mahendra, SH., M.Sc.


Sejak "critique of pure reason"-nya Immanuel Kant, eksistensi ini telah diperdebatkan. Ia tambahnya telah mendalami "expanding universe" karya Asimov sejak tahun 1978. Substansi pembahasan diatas lebih kepada Teori Quantum -nya Max Planck (Fisikawan Jerman), bukan filsafat Existensialisme -nya Nietzsche. Kekuasaan itu memang silih berganti. Kekuasaan bukanlah tujuan, tapi hanya alat utk mencapai sebuah tujuan filosofis. Keduanya berkesimpulan bahwa berpolitik memerlukan basis filsafat, bukan pragmatisme yang melihat politik sebagai permainan kekuasaan.

(Poin cuplikan singkat diskusi dua ilmuwan & tokoh bangsa dengan background keilmuan yang berbeda, BJH/Sains & YIM/Filsafat) (sumber)

Posting Komentar

0 Komentar