ilustrasi |
Saat ditemui Kompas.com, Senin (13/5/2019), pemuda yang akrab disapa Wahyu ini menceritakan awal mula terjun ke dunia politik. Mahasiswa semester delapan Fakultas Hukum ini pertama terinspirasi peristiwa reformasi tahun 1998 saat ribuan mahasiswa berhasil menduduki kantor MPR RI, untuk menggulingkan Presiden Soeharto.
Dari peristiwa itu, Wahyu kemudian tumbuh semangat bahwa mahasiswa bisa melakukan perubahan dengan cara menduduki gedung DPR. "Kalau mau melakukan perubahan, maka duduki kantor dewan seperti dulu reformasi tahun 1998 silam. Itu inspirasi pertama saya," ujar Wahyu.
Pemuda asal Dusun Lobuk, Desa Dasok, Kecamatan Pademawu ini, juga terinspirasi kiprah almarhum ayahnya Marsuki, yang pernah duduk sebagai anggota DPRD Pamekasan, meskipun waktunya sangat singkat, yakni sebulan. Ayahnya menjadi anggota DPRD Pamekasan dari PBB dengan perolehan suara terbanyak di dapilnya. Karena sakit dan meninggal dunia, maka posisinya digantikan orang lain.
"Dua inspirasi ini masih belum membulatkan tekad saya ke politik. Maka saya kemudian pamit ke ibu saya," imbuh Wahyu. Ketika pamit ke Ibunya, Sulastri, Wahyu tidak langsung mendapatkan restu. Alasan Sulastri, masih trauma kejadian ayah Wahyu ketika terjun di politik tahun 1999 dulu.
Baru sebulan dilantik, langsung jatuh sakit dan berujung kematian. Namun, beberapa waktu kemudian, pendirian Sulastri berubah. Wahyu mendapat restu dari Sulastri, setelah hasil permohonan kuat secara batin (istikharah) Sulastri, bertanda baik. Selang beberapa waktu pintu restu dari ibunya terbuka, Wahyu kemudian bertemu dengan salah satu ulama kharismatik Pamekasan, KH Muhammad Rofii Baidawi, pengasuh pesantren Al Hamidy Banyuanyar, saat menjalankan umroh di Madinah awal tahun 2018 lalu.
Kiai Rofii mendorong agar Wahyu meneruskan perjuangan ayahnya di politik. Bahkan, Kiai Rofii memberi sinyal kalau Wahyu akan mengikuti jejak sukses ayahnya. "Setelah dari ibadah umroh, saya bulatkan tekad untuk terjun ke politik. Keluarga besar saya juga mendukung. Bahkan, rekan-rekan politik bapak saya, juga ikut mendukung," ujar dia.
Setelah resmi mendaftarkan diri sebagai calon legislatif dari PBB, Wahyu kemudian menghimpun teman-temannya waktu SMA dulu, untuk menjadi tim sukses. Ada segelintir teman kuliahnya yang ikut menjadi tim sukses. "Semua tim sukes saya anak-anak muda. Teman sekolah dulu. Ada yang belum beristri, ada yang sudah punya usaha. Merekalah yang mendampingi saya selama kampanye sampai rekapitulasi," ujar dia.
Di tengah kesibukannya menjalani kampanye, Wahyu masih sempat memikirkan untuk kuliah. Bahkan, proposal skripsi berhasil ia ajukan ke dosen pembimbingnya. Namun, seiring dengan semakin padatnya jadwal kampanye, urusan skripsi dikesampingkan. Kepada dosennya, Wahyu menyampaikan hal itu. Banyak dosennya yang turut memberikan dukungan kepada Wahyu.
Hingga sekarang, skripsi Wahyu dibiarkan terbengkalai. Namun, sebelum pelantikan pada Oktober mendatang, Wahyu berjanji akan menuntaskannya. Tak punya modal visi misi Kepada masyarakat, Wahyu tidak pernah menyampaikan visi misi ketika dirinya sukses menduduki kursi DPRD Pamekasan. Menurutnya, visi misi sifatnya utopis dan mimpi yang tak bisa diwujudkan dalam kenyataan.
Banyak politisi yang pandai memaparkan visi misinya, tapi ketika dihadapkan kepada kepentingan rakyat, melenceng dari visi misinya. "Sering ditanya oleh masyarakat soal visi misi karena saya caleg muda. Saya katakan tak punya visi misi. Cuma, saya tegaskan kalau saya sukses maka masyarakat harus sukses juga," kata dia.
Ditanya soal program yang akan dia perjuangkan ketika sudah di dewan, Wahyu juga tidak mau basa basi. Namun, dirinya akan memberikan kejutan kepada masyarakat. Kejutan itu pernah dia lakukan ketika masih kampanye kemarin. "Warga minta perbaikan jalan langsung saya tangani, meskipun pakai uang pribadi. Jadi lihat saja nanti apa yang akan saya lakukan di dewan. Tidak perlu saya bicarakan panjang lebar," ungkap keponakan salah satu kontraktor besar di Pamekasan ini.
Tak risau bersaing dengan politisi senior Meskipun berstatus sebagai pendatang baru di DPRD Pamekasan, Wahyu tidak risau dengan keberadaan politisi yang sudah senior.
Sebab, dirinya sudah memiliki bekal keilmuan dari kampusnya. Bahkan, di Pergerakan Mahasiswa Islam Indonesia (PMII) dan BEM, dirinya mengaku banyak mendapat pelajaran tentang wacana pergerakan dan politik. "Keilmuan saya sudah punya. Namun, terkadang ilmu di kampus dengan di gedung dewan terkadang berbeda. Perbedaan itulah yang menjadi tantangan untuk kembali belajar," imbuh dia.
Oleh sebab itu, Wahyu tidak segan untuk belajar kembali kepada para seniornya yang sudah lebih awal di dewan, atau pun senior yang sama-sama lolos ke DPRD Pamekasan. Menurut Wahyu, ada tiga seniornya di kampus yang sama-sama lolos ke DPRD Pamekasan dari partai yang berbeda. Merekalah yang menjadi mentor politik, baik di kampus ataupun di saat kampanye kemarin. (sumber)
0 Komentar