Wakil Ketua BAZNAS Dr. Zainulbahar Noor Kampanyekan 'Zakat Inclusion' di PBB |
KONVENSI CAPRES PBB -- Berkat program-program unggulan yang sukses mengentaskan kemiskinan, Badan Amil Zakat (BAZNAS) dipercaya mengampanyekan kehebatan zakat di forum Perserikatan Bangsa Bangsa (PBB).
BAZNAS memperkenalkan “inklusi zakat” (zakat inclusion) sebagai solusi masalah ekonomi dan sosial global.
Hal itu mengemuka saat Wakil Ketua BAZNAS, Dr. Zainulbahar Noor, SE, M.Ec, tampil mewakili Ketua BAZNAS, Prof. Dr. Bambang Sudibyo, MBA, CA, sebagai pembicara pada side event Economic and Social Council (Ecosoc) PBB, di Kantor Pusat PBB, New York, Amerika Serikat (AS), dalam keterangan tertulis yang diterima Tribunnews.com, Senin (23/4/2018) waktu setempat.
“BAZNAS memperkenalkan ‘zakat inclusion’ yang kita yakini pertama di dunia dan telah diluncurkan Presiden Jokowi pada Juni 2017 atau bertepatan dengan Bulan Suci Ramadhan dalam format ‘payment of zakat through branchless banking syatem’ atau agen laku pandai. Ini yang bersama Perutusan Tetap Republik Indonesia (PTRI) New York kita kampanyekan pada IDB, UNDP dan PBB,” kata dia seraya berharap Presiden Jokowi juga meluncurkan pendirian Bank Wakaf Ventura yang digagas Ikatan Cendekiawan Muslim Indonesia (ICMI). Menurut dia, hal tersebut untuk semakin mempertegas bahwa Indonesia leading dalam ekonomi dan keuangan syariah.
Zainul menceritakan, pada November 2017, ia diminta mewakili Ketua BAZNAS Prof. Bambang Sudibyo, MBA, CA, menghadiri forum yang membahas pendanaan untuk Sustainable Development Goals (SDGs) atau Tujuan-Tujuan Pembangunan Berkelanjutan di New York dan Washington DC, AS.
Dr. Zainulbahar Noor (kedua dari kiri) saat menjadi Dubes RI di Yordania dan Palestina, diusulkan oleh Partai Bulan Bintang (sumber) |
“Sangat terasa zakat dan BAZNAS menjadi top of mind di forum tersebut yang mengangkat tema ‘Innovative Financing for SDGS: The Role of Islamic Finance’,” ujar dia.
Berdasarkan fakta itu, Zainul meyakini bahwa dunia semakin menyadari zakat telah mengalami pergeseran dari sekadar isu filantropi ke solusi sosial dan ekonomi.
Buku karya Zainulbahar Noor |
”Saya menyaksikan dan mendengarkan sendiri bagaimana pejabat-pejabat tinggi PBB dan UNDP menilai pendanà an SDGs tidak ingin terlalu bergantung pada donasi, tetapi melalui pendanaan alternatif. Karena itulah mereka sangat gandrung menggunakan kata alternative financing,” kata Zainul.
Gagasan tersebut, lanjut dia, langsung ditangkap oleh Direktur UNDP Indonesia, Christophe dan Wakil Direktur Francine Pickup dengan mendirikan Innovative Financing Lab yang telah diakui PBB. (baca selanjutnya)
0 Komentar